Beranda | Artikel
Rasa Malu Semuanya Baik
Senin, 13 Juni 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Rasa Malu Semuanya Baik merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 12 Dzul Qa’dah 1443 H / 12 Juni 2022 M.

Kajian Hadits Rasa Malu Semuanya Baik

Kita telah sampai pada bab perumpamaan mukmin itu seperti pohon zara’ (alang-alang, padi dan sejenisnya), sedangkan perumpamaan orang munafik dan orang kafir seperti pohon urzah (pohon yang tinggi dan kuat).

Hadits nomor 30:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Iman itu ada 70 atau 60 lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan Laa Ilaaha Illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu itu cabang dari iman.” (HR. Muslim)

Hadits nomor 31:

عن أَبي قَتَادَةَ – رضي الله عنه – قَالَ كُنَّا عِنْدَ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ فِي رَهْطٍ مِنَّا وَفِينَا بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ فَحَدَّثَنَا عِمْرَانُ يَوْمَئِذٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ أَوْ قَالَ الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ فَقَالَ بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ إِنَّا لَنَجِدُ فِي بَعْضِ الْكُتُبِ أَوْ الْحِكْمَةِ أَنَّ مِنْهُ سَكِينَةً وَوَقَارًا لِلَّهِ تعالى وَمِنْهُ ضَعْفٌ فَغَضِبَ عِمْرَانُ حَتَّى احْمَرَّتَا عَيْنَاهُ وَقَالَ أَلَا أَرَانِي أُحَدِّثُكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَتُعَارِضُ فِيهِ قَالَ فَأَعَادَ عِمْرَانُ الْحَدِيثَ قَالَ فَأَعَادَ بُشَيْرٌ فَغَضِبَ عِمْرَانُ قَالَ فَمَا زِلْنَا نَقُولُ فِيهِ إِنَّهُ مِنَّا يَا أَبَا نُجَيْدٍ إِنَّهُ لَا بَأْسَ بِهِ.

Dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata: “Kami pernah berada di sisi Imran bin Husain bersama beberapa orang. Dan di tengah-tengah kami ada Busyair bin Ka’ab. Lalu Imran membawakan hadits, ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Rasa malu itu baik seluruhnya.’ Atau ‘Rasa malu itu semuanya baik.’ Maka berkata Busyair bin Ka’ab: ‘Sesungguhnya kami mendapatkan pada sebagian kitab atau hikmah bahwasannya rasa malu itu ada yang merupakan sakinah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ada lagi rasa malu yang sifatnya lemah.’

Maka Imran pun marah sampai-sampai dua matanya merah. Lalu kemudian Imran berkata: ‘Apa kamu tidak melihat aku menyampaikan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu kamu kemudian menentang hadits tersebut dengan yang kamu temukan dalam kitab atau hikmah?’ Lalu Imran pun kembali menyampaikan hadits tersebut dan ternyata Busyair pun kembali mengulangi ucapannya.

Maka Imran pun sangat marah sekali. Dan kami terus mengatakan kepada Imran bin Hushain (untuk meredakan kemarahannya): ‘Sesungguhnya dia dari kita Wahai Abu Nujaid, dia tidak mengapa.`” (HR. Muslim)

Rasa malu semuanya baik

Hadits ini menunjukkan bahwa rasa malu itu semuanya baik. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Rasa malu itu semua baik.”

Mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimana dengan orang yang malu tapi malunya itu malah mencegahnya dari berbuat kebaikan?” Misalnya ada orang yang malu untuk menuntut ilmu. Karena merasa dirinya bodoh akhirnya malu untuk duduk di majelis taklim. Apakah itu termasuk malu yang terpuji? Maka para ulama mengatakan bahwa itu bukan malu, tapi itu khawar (خور). Adapun hayaa (حياء) selalu membawa kepada kabaikan dan mencegah dari keburukan.

Makna kata “Kullu”

Kata “Kullu” menunjukkan kepada umum. Karena di sini Imran bin Husain marah sekali kepada Busyair bin Ka’ab. Imran membawakan hadits Nabi yang mengatakan: “Malu itu seluruhnya baik.” Tapi kata Busyair: “Kami mendapatkan dalam sebagian kitab atau hikmah bahwa malu itu ada yang baik dan ada yang tidak baik.” Maka Imran marah. Karena Nabi mengatakan bahwa hayaa itu semuanya baik.

Maka Imran berhujjah dengan hadits. Dan hadits ini menunjukkan kepada umum, tidak boleh dikhususkan kecuali oleh dalil. Tidak boleh hadits dihapuskan oleh perkataan ahli hikmah atau siapapun dari selain wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla. Makanya kaidah ushul fiqih mengatakan bahwa dalil yang umum tidak boleh dikhususkan kecuali dengan dalil lagi. Tidak boleh dikhususkan dengan pendapat manusia.

Makanya sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ

“Setiap bid’ah itu sesat.”

Ini maknanya umum, semua. Maka orang yang mengatakan bid’ah ada dua; ada yang sesat dan yang hasanah. Maka kita katakan bahwa pembagian ini jelas bertabrakan dengan hadits. Siapapun yang membaginya -meskipun itu Imam Syafi’i- kalau bertabrakan ucapannya dengan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka tidak boleh diterima.

Jadi kata kullu menunjukkan kepada makna umum (seluruhnya).

Kuatnya para sahabat berpegang kepada sunnah

Para sahabat sangat kuat sekali berpegang dengan sunnah. Sampai-sampai ketika ada yang menentang hadits dengan pendapat, maka mereka sangat marah sekali. Dan demikian seharusnya kita. Ketika ada orang yang menentang hadits dengan pendapatnya, dengan akalnya, maka kita harus menunjukkan ketidakridhaan. Karena seakan-akan ucapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setara dengan pendapat manusia.

Maka mendahulukan pendapat siapapun diatas pendapat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah termasuk pembatal amal. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengangkat suara kalian diatas suara Nabi, dan janganlah sebagian kalian mengeraskan suaranya kepada Rasulullah seperti halnya sebagian mengeraskan kepada teman-temannya, supaya tidak hapus amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. Al-Hujurat[49]: 2)

Sehingga kata para ulama kalau mengangkat suara saja diatas suara Nabi bisa membatalkan amal, maka mengangkat pendapat seseorang diatas pendapat seseorang lebih layak untuk dibatalkan amalnya.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51792-rasa-malu-semuanya-baik/